Ada senyum yang diam diam mengintai
Bersembunyi di balik mata penuh luka
Perempuan dengan jubah duduk tanpa rona
Ada senyum yang mengikutinya, lalu diam tanpa gerak
Aku ragu dan kaku di kursi anyam tanpa sandaran
Menghayalkan perempuan yang sedak terdiam didepanku

Pernah suatu ketika aku mati, terkapar diantara tangis hujan
Ribu pengunjung menatapku tawa, lalu perlahan pergi tanpa kenang
Lalu kau datang dengan tangis, derainya jatuh di mataku
Airmatamu mencumbu mata air yang tersimpan dimataku agar bisa menatapmu
Kau kecup matiku lalu melumat ragaku, kau perlahan lunglai dalam dekap
Tiga malam aku terkapar menemani tangismu, lalu bangkit memelukmu
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhENiIZEgj3L4V6cYf7xl1vTsF5SFyVI6XiO3VQR0LFu3qn1W3via8ZckRgUqWQmpVB9-nUjE274iUrOap7u88cwJkTky8fTyJK20qSyp1go5EuNXGgxYgXapE8F5hCZt_CF1LQkTsMjvwf/s1600/storm1.jpg 

Lalu angin
datang menebas jadi luka
lalu terkelupas

Lalu datang angin
mengiris jadi luka
terkapar

Lalu angin
meluka jadi gores
roboh

Lalu kau
lewat menebas luka
hampir mati

Lalu kau datang
senyum dan luka
hampir mati

Lalu kau datang
luka menganga
lalu roboh

Lalu kau pergi
lalu luka
lalu bersimbah darah

Lalu kau hilang
lalu tangis, lalu luka
roboh dari sadar, mati

Followers

Total Pageviews